Suhu politik pada tahun 2009 diperkirakan akan semakin meningkat, ini disebabkan partai-partai mulai melakukan manuver mendekati Pemilu 2009. Konflik yang terjai diantara kelompok dan kekuatan partai politik akan semakin meningkat, apalagi tidak adanya saluran diskusi khusus untuk menganalisa konflik tersebut.
Perubahan politik yang radikal seperti sistem pemilihan presiden, hingga kini belum dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Kehidupan ekonomi yang masih sulit, kurangnya kontrol kebijakan sosial yang sangat menyengsarakan.
Rakyat yang kini mulai peka dan jenuh dengan komentar para potlitikus, dan bisnis politik yang hanya mengobral janji, serta baik pada saat kampanye dan menjelang pemilu.
Dari research yang dilakukan bahwa, pada umumnya masyarakat Indonesia menjelang Pemilu 2009 sudah tidak begitu peduli, dengan alasan mereka sudah bosan dengan janji-janji para peminpin atau jurkam yang berjanji akan meberikan kesejahteraan hidup kelak bila partai tersebut menang.
Saat ini rakyat sedang mengalami kesulitan ekonomi yang semakin melilit, untuk mencari pekerjaan semakin sulit, malah sebaliknya PHK dimana-mana. Mungkin dari pengalaman tersebutlah rakyat memilih Golput saat Pemilu 2009.
Rabu, 03 September 2008
ADAKAH KEDAMAIAN DI NEGARA KITA
Sejenak kita perhatikan dan kita renungkan, apa yang ada dibenak anda mengenai negeri ini !!!
Sudahkah kedamaian merata di negeri kita ini. Apabila anda belum bisa merenungkannya, marilah kita lihat sejenak mengenai negeri kita.
Setelah terjadi tragedi 12 Mei 1998, mahasiswa, tokoh masyarakat, tokoh politik, menginginkan adanya perubahan mengenai demokrasi bebas (bebas mengutarakan pendapat, aspirasi dan lain-lain di tempat umum). Tetapi apakah semuanya itu sudah dapat menciptakan kedamaian yang merata di negeri ini.
Marilah kita evaluasi atau kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama sepuluh tahun setelah kejadian tragedi Trisakti.
Mungkin sebagian peristiwa masih teringat oleh kita, tragedi Bom Bali, Bom Marriot, Kelaparan, di daerah tertinggal, kelangkaan sembako dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sekarangpun masih kita lihat penggusuran yang diakhiri dengan tawuran antara warga dan Satpol PP, bentrokan antar kampung, suku. Tetapi apakah itu diperhatikan oleh mereka yang seharusnya menangani masalah tersebut, disamping itu dilain pihak sekian kelompok orang sibuk dengan bisnisnya, sibuk dengan partainya, sibuk dengan program-program yang intinya untuk kepentingan pribadi. Masihkah kita dapat mengharapk atau merasakan bahwa kita memang tinggal dikampung sendiri. Lalu adakah terbesit dipikiran kita sebuah pertanya "Salah siapakah ini, dan harus bagaimanakah kita ?!!!
Sudahkah kedamaian merata di negeri kita ini. Apabila anda belum bisa merenungkannya, marilah kita lihat sejenak mengenai negeri kita.
Setelah terjadi tragedi 12 Mei 1998, mahasiswa, tokoh masyarakat, tokoh politik, menginginkan adanya perubahan mengenai demokrasi bebas (bebas mengutarakan pendapat, aspirasi dan lain-lain di tempat umum). Tetapi apakah semuanya itu sudah dapat menciptakan kedamaian yang merata di negeri ini.
Marilah kita evaluasi atau kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama sepuluh tahun setelah kejadian tragedi Trisakti.
Mungkin sebagian peristiwa masih teringat oleh kita, tragedi Bom Bali, Bom Marriot, Kelaparan, di daerah tertinggal, kelangkaan sembako dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sekarangpun masih kita lihat penggusuran yang diakhiri dengan tawuran antara warga dan Satpol PP, bentrokan antar kampung, suku. Tetapi apakah itu diperhatikan oleh mereka yang seharusnya menangani masalah tersebut, disamping itu dilain pihak sekian kelompok orang sibuk dengan bisnisnya, sibuk dengan partainya, sibuk dengan program-program yang intinya untuk kepentingan pribadi. Masihkah kita dapat mengharapk atau merasakan bahwa kita memang tinggal dikampung sendiri. Lalu adakah terbesit dipikiran kita sebuah pertanya "Salah siapakah ini, dan harus bagaimanakah kita ?!!!
Langganan:
Postingan (Atom)