Jakarta - Pamor KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur nampaknya mulai meredup. Dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) kemarin (11/11) di Jakarta yang membahas masalah calon presiden dari PKB, 33 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB tidak mencalonkan Gus Dur sebagai calon presiden.
Demikian dikatakan Ketua DPW Sulawesi Tengah Syamsuddin Pay saat menggelar jumpa pers di kantor DPP PKB Jalan Sukabumi, Jakarta , Rabu 12 November 2008. Menurutnya, hampir seluruh DPW menginginkan munculnya pemimpin dari kaum muda.
“Hasil Mukernas menginginkan pemimpin yang muda dan masih fresh, tapi kami belum munculkan nama calon. DPW se Indonesia masih mengantongi nama-nama capres dari kalangan internal PKB,”tegas Syamsudin.
Selain itu, lanjut Syamsudin, PKB sedang menggodok kemungkinan bagi PKB untuk melakukan koalisi dengan partai lain. “Koalisi yang dibangun merupakan koalisi alternatif yang berdasarkan agenda-agenda yang telah disusun. Soal keinginan mencari capres dari luar PKB belum ditentukan mekanismenya, apakah membuka pendaftaran seperti yang dilakukan PBR atau melakukan penyaringan secara langsung,”jelas dia.
Dalam Mukernas yang dilaksanakan hingga pukul 02.00 dini hari muncul beberapa nama capres yang diusulkan sejumlah DPW. Antara lain Muhaimin Iskandar, Sri Sultan Hamengkubuwono X, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) dan Megawati Soekarnoputri. Namun nama-nama yang muncul tersebut belum merupakan kesepakatan resmi dari PKB. Mereka berencana mengumumkan nama capres itu pada akhir Desember mendatang. (Gahar).
Kamis, 20 November 2008
SUTIYOSO SIAP JADI PEMIMPIN ALTERNATIF
Jakarta - Calon Presiden Partai Indonesia Sejahtera (PIS) Sutiyoso berharap dirinya bisa tampil menjadi capres alternatif ditengah para calon yang ada saat ini. Sutiyoso berpendapat rakyat sangat membutuhkan seorang pemimpin alternatif yang memilik pengalaman memimpin.
Hal tersebut dikatakannya pada wartawan di Bang Yos Center Jakarta, Rabu 12 November 2008. “Mencari seorang pemimpin di negeri yang bermasalah ini berbeda dengan mencari pemimpin di negeri yang sudah stabil. Obama 4 tahun di Menteng saja bisa jadi presiden Amerika, saya 13 tahun di Jakarta masak tidak bisa menjadi presiden Indonesia,”ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Sutiyoso juga berharap partai politik cerdas dalam memilih capresnya dengan membuat kriteria bahwa seorang pemimpin harus jelas track recordnya, terpuji, punya pengalaman menjadi apa, mampu membuat keputusan yang cepat dan tepat.
“Kegagalan selama ini adalah kita tidak pernah melakukan kaderisasi. Kita harus menampilkan pemimpin muda dan berpengalaman seperti gubernur yang sudah terbukti berhasil. Di daerah saja bupati yang berhasil bisa menjadi seorang gubernur,”terangnya.
Adanya komunikasi dirinya dengan para capres militer seperti Wiranto dan Prabowo menurut Bang Yos hanyalah merupakan forum komunikasi biasa. Hal ini karena mereka memiliki latar belakang yang sama. “Sejauh ini yang dirinya lakukan hanya sebatas melakukan diskusi dengan Prabowo dan Wiranto. Jadi siapapun yang memiliki kesempatan akan kita dukung,”tukasnya.
Lebih lanjut Bang Yos mengatakan, adanya capres militer adalah konsekuensi dari demokrasi kita, dimana semua warga negara punya hak untuk memilih dan dipilih. Bang Yos tidak setuju jika kemudian UU Pilpres mengeluarkan persyaratan yang tinggi bagi capres. Baginya, itu bukan jawaban.
“Kita punya pengalaman dalam pemilu lalu yang aturannya lebih rendah hanya muncul 5 pasangan capres. Orang akan mengukur diri apakah memang mampu untuk menjadi presiden. Untuk itulah kita sepakat untuk mengajukan judicial review UU Pilpres ke Mahkamah Konstitusi. Namun kami masih menunggu sebab UU Pilpres sendiri belum disahkan oleh Presiden. Judicial Review ini sedang kami kordinasikan dengan beberapa pihak dan menunggu waktu yang tepat,”ungkapnya.
Menanggapi pertanyaan apakah dirinya bersedia menjadi wakil presiden jika memang dalam pilpres tidak memungkin bagi Bang Yos untuk menjadi Presiden, Bang Yos mengatakan hal tersebut akan ditentukan setelah pemilu legislatif mendatang.
“Barangkali nanti mendekati pemilu legislatif April mendatang, posisi saya sebagai capres bisa berubah. Namun saat ini saya masih menyatakan diri sebagai capres. Saya akan berfikir realistis, jika eskalasinya berubah saya akan menyesuaikan,”ujarnya. (Gahar).
Hal tersebut dikatakannya pada wartawan di Bang Yos Center Jakarta, Rabu 12 November 2008. “Mencari seorang pemimpin di negeri yang bermasalah ini berbeda dengan mencari pemimpin di negeri yang sudah stabil. Obama 4 tahun di Menteng saja bisa jadi presiden Amerika, saya 13 tahun di Jakarta masak tidak bisa menjadi presiden Indonesia,”ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Sutiyoso juga berharap partai politik cerdas dalam memilih capresnya dengan membuat kriteria bahwa seorang pemimpin harus jelas track recordnya, terpuji, punya pengalaman menjadi apa, mampu membuat keputusan yang cepat dan tepat.
“Kegagalan selama ini adalah kita tidak pernah melakukan kaderisasi. Kita harus menampilkan pemimpin muda dan berpengalaman seperti gubernur yang sudah terbukti berhasil. Di daerah saja bupati yang berhasil bisa menjadi seorang gubernur,”terangnya.
Adanya komunikasi dirinya dengan para capres militer seperti Wiranto dan Prabowo menurut Bang Yos hanyalah merupakan forum komunikasi biasa. Hal ini karena mereka memiliki latar belakang yang sama. “Sejauh ini yang dirinya lakukan hanya sebatas melakukan diskusi dengan Prabowo dan Wiranto. Jadi siapapun yang memiliki kesempatan akan kita dukung,”tukasnya.
Lebih lanjut Bang Yos mengatakan, adanya capres militer adalah konsekuensi dari demokrasi kita, dimana semua warga negara punya hak untuk memilih dan dipilih. Bang Yos tidak setuju jika kemudian UU Pilpres mengeluarkan persyaratan yang tinggi bagi capres. Baginya, itu bukan jawaban.
“Kita punya pengalaman dalam pemilu lalu yang aturannya lebih rendah hanya muncul 5 pasangan capres. Orang akan mengukur diri apakah memang mampu untuk menjadi presiden. Untuk itulah kita sepakat untuk mengajukan judicial review UU Pilpres ke Mahkamah Konstitusi. Namun kami masih menunggu sebab UU Pilpres sendiri belum disahkan oleh Presiden. Judicial Review ini sedang kami kordinasikan dengan beberapa pihak dan menunggu waktu yang tepat,”ungkapnya.
Menanggapi pertanyaan apakah dirinya bersedia menjadi wakil presiden jika memang dalam pilpres tidak memungkin bagi Bang Yos untuk menjadi Presiden, Bang Yos mengatakan hal tersebut akan ditentukan setelah pemilu legislatif mendatang.
“Barangkali nanti mendekati pemilu legislatif April mendatang, posisi saya sebagai capres bisa berubah. Namun saat ini saya masih menyatakan diri sebagai capres. Saya akan berfikir realistis, jika eskalasinya berubah saya akan menyesuaikan,”ujarnya. (Gahar).
Langganan:
Postingan (Atom)